Monday, May 17, 2010
Deretan Problem Satria FU 150 Dan Solusinya
Knalpot Nembak
Nah menurut Ari, keluhan yang sama juga kerap mampir ke bengkelnya. Namun begitu, Ia punya solusinya! Pertama bersihkan jeroan karbu seperti pilot dan main jet. Kalau kotor, bisa bikin campuran BBM di ruang bakar jadi miskin dan efeknya menimbulkan letupan tadi. Atau pakai oktan yang lebih tinggi juga bisa diobati
Masih nembak juga? Kalau gitu bisa ganti ukuran pilot jet (gbr.1) dengan ukuran satu step lebih besar dari ukuran awal. “Misal pertama pakai ukuran 17,5, naikin jadi 20,0,” urai mekanik humoris ini. Di pasaran sudah banyak tersedia ragam ukuran pilot jet aftermarket yang dibanderol Rp 20-30 ribuan.
Sensor Spidometer Idle
Angka spidometer tak beranjak dari angka nol walau motor sudah berjalan? So pasti sensor spidometernya bermasalah. Karena letaknya ada di balik pelindung gir depan dekat mesin (gbr.2), jadi peranti tersebut rawan kena oli rantai.
Padahal, keadaan sensor harus selalu bersih karena perangkat ini bekerja seperti infrared. “Kalau permukaannya kotor, maka sensor gak bisa membaca kecepatan motor lewat putaran kruk as,” jelas mekanik asal Yogyakarta ini. Solusinya? Bersihkan pakai bensin sambil mengoleskan dengan kuas di atas wadah.
Karburator Banjir
FU Anda bau bensin? Itu akibat bensin yang ngucur terus dari slang pembuangan karburator hingga menetes keluar karbu. Kok bisa? Itu terjadi karena jarum pelampung (gbr.3) di dalam mangkuk karbu bermasalah.
Nah jarum yang bermasalah bisa terjadi karena tangki kotor jadi kotorannya masuk ke karbu. Lainnya, jarum skep. Jika bermasalah, debit bensin dari tangki ke karburator jadi tak terkontrol. Efeknya, bensin keluar dari slang pembuangan karburator secara terus menerus.
Solusinya, kalau sudah telanjur rusak harus ganti baru! Bisa pakai bawaan Suzuki Smash yang dibanderol Rp 40-50 ribuan. Lebih murah Rp 20 ribuan, dari punya bawaan FU yang berbanderol Rp 65 ribuan.
Lengan Ayun Berisik
Terdengar suara nyit..nyit di kaki-kaki bagian belakang? Sumber masalah ada di batang as arm (gbr.4) yang kotor, berkarat dan kering, pada bagian lengan ayun FU. Biasanya, terjadi pada FU berusia 6 bulan ke atas atau jarak pemakaian lebih dari 20.000 Km. Cukup baluri batang as lengan ayun dengan grease alias gemuk.
Eits, tapi kalau berkarat, harus dibersihkan dengan ampelas 1.500 dan bensin.“Cek juga, bos armnya kalo pecah ganti baru dengan harga satu setnya Rp 35-50 ribuan, itu pun baru sebelah kanan aja lo!” tutupnya.
Thursday, January 1, 2009
Premium+Additive = Power Oke?
“Kalau memang kualitas bahan bakarnya yang diperbaiki, maka peningkatan tenaga bisa dicapai. Namun itu juga enggak terlalu besar,” ujar Malik, mekanik tim balap Yamaha Tunggal Jaya yang buka bengkel di kawasan Pondok Kopi, Jaktim.
Lo kok masih pakai kalau, jadi penasaran. Ini gosip atau fakta ya? Daripada hanya dipendam dalam hati, yuk kita uji. Alat peraganya Suzuki Shogun keluaran 2008, dalam kondisi standar. Untuk pengetesan performa, dipakai dynotest milik Bintang Racing Tim di Cibinong, Jabar.
Setelah dites dalam kondisi standar, bahan bakar Shogun dicampur salah satu additive yang berbahan nabati yakni Autobless dalam ukuran botol 20 ml. Komposisi campuran antara additive yang banderolnya Rp 25 ribu dengan premium adalah 1 ml : 4 liter. Setelah memakai premium bercampur Autobless selama 3 hari (menempuh jarak lebih kurang 250 km), Shogun dinaikkan lagi ke alat dynotest.
Dari hasil treatment di ruang bakar oleh Autobless, tenyata ada penambahan tenaga. Bila saat Shogun standar tenaganya hanya mampu menggapai 7,53 dk/7.700 rpm, maka setelah pakai premium campur additive powernya bertambah jadi 8,20 dk/7.600 rpm. Ini sama dengan kenaikan tenaga 8,36%
“Itu juga pada torsi, dari standarnya yang 8,41 Nm/4.400 rpm jadi bertambah 9,01 Nm/4.000 rpm,” ujar Suar, staff BRT yang menemani uji coba kali ini
Kesimpulan
Pemakaian additive yang dicampur dalam Premium, ternyata memang bisa membuat kualitas bahan bakar tersebut jadi lebih baik. Sebagai bukti tenaga Shogun jadi bertambah 0,63 dk dari standarnya yang 7,53 dk. Pencapaian tenaga maksimalnya juga lebih cepat (standar di 7.700 rpm sedangkan plus additive di 7.600 rpm. Koreksi 0,6 Nm jadi lebih bagus juga terjadi pada torsi mesin Shogun standar.
Pattern ban
OTOMOTIFNET - Musim hujan banyak yang kalang kabut melacak ban yang bagus melibas air. Akhirnya banyak yang salah kaprah dan buang duit untuk beli ban basah. “Padahal produsen ban nasional bikin ban sudah menyesuaikan kondisi jalan dan iklim Indonesia,” tegas Yulfahmi, bos departemen Technical Production PT Gajah Tunggal (GT)-produsen IRC.
“Biasanya saat memproduksi sudah diperhitungkan, ban yang dikeluarkan harus bisa dipakai saat kondisi jalan basah atau kering. Apalagi ban yang kami produksi dipakai untuk motor standar pabrikan motor,” jelas Yulfahmi.
Lalu, ban seperti apa yang kira-kira cocok untuk kondisi jalan basah. Jawabnya jelas, semua ban yang mempunyai alur coakan alias pattern groove cocok untuk melindas jalan basah. “Sebab groove tadi sebagai jalur air. Fungsinya memecah genangan air sehingga bagian yang menonjol bisa mencengkram aspal,” lanjut pria berkacamata ini.
Yang penting, mana yang terbaik bisa membuang air. Sekali lagi Yulfahmi menegaskan, sebetulnya yang paling bagus ban orisinil bawaan motor. “Sebab sudah diperhitungkan dengan berat dan power motor. Baik diameter mau pun lebar tapak sudah disesuaikan kebutuhan,” terang pria akrab disapa Yul itu.
“Sebenarnya sulit dihitung secara matematis. Misalnya, berapa persen yang permukaan coakan dibanding yang rata, tidak menentukan mana yang lebih menggigit di jalan tergenang air. Tapi jelas, di jalan yang lebih banyak genangan airnya, butuh ban yang lebih rapat groove-nya,” papar Yul.
Kesimpulannya, selama ban masih punya coakan untuk membuang air, bisa dipakai di jalan basah.
RISIKO GROOVE RAPAT DAN RENGGANG
Makin rapat groove makin baik membuang air di jalan tergenang. Sebaliknya, yang renggang telat memecah genangan air. Tapi, coakan rapat atau renggang juga berisiko. “Ini menyangkut umur ban,” ungkap Yulfahmi.
Jika groove rapat, permukaan ban yang bersinggungan dengan aspal semakin sedikit. Artinya, beban yang ditanggung jadi lebih berat. Akibatnya gesekan akan lebih cepat menggerus kompon ban. Umur ban jadi lebih singkat.
COAKAN HINGGA PINGGIR
Masih ada lagi debat soal coakan di bibir ban. Ada ban yang punya pattern sampai bibir, ada juga yang tidak. Tapi jangan menghakimi ban yang tidak ‘dicoak’ sampai bibirnya tidak bagus.
Semua sudah dianalisa saat didesain. Terutama kemampuan sudut kemiringan ban. “Biasanya, meski miring saat manuver, tidak sampai habis sisi bibir ban. Masih tersisa sekitar 1 centimeter. Nah, biasanya sampai jarak itu produsen membuat coakan,” jelas Willianto Husada, dari produsen ban Indo Tire.
Friday, November 28, 2008
KONTROVERSIAL
Strategi AHM sebagai pabrikan motor nasional terbesar ini untuk menyetop produksi dan pemasaran Revo memang cukup kontroversial. Bagaimana tidak, bebek 100 cc-nya itu belum genap berusia 2 tahun.
Revo pertama diluncurkan April 2007 kemudian mengalami refreshment berupa perubahan striping pada Februari 2008. Belum ada setahun setelah refreshment, tentu menjadi enggak lazim untuk segera dihentikan. Apakah Revo itu gagal?
Sepertinya tidak juga. Pertama kali diluncurkan, memang banyak anggapan kalau Revo yang gantikan Supra Fit kurang berkesan. Karena hanya ganti baju sementara engine tidak berubah alias tetap 100 cc kayak Supra Fit.
Tapi, sangkaan itu tak terbukti. Penjualan Revo ternyata meningkat tajam bahkan beberapa bulan setelah dipasarkan sanggup kalahkan dominasi Yamaha Vega R.
Berdasar data AISI, di tahun 2007 lalu, Revo sanggup menuai total sales sebesar 561.761 unit sedangkan Vega R 532.898 unit. Kesuksesan berlanjut hingga Januari-Oktober 2008. Revo dulang angka 690.302 unit dan Vega R 460.917 unit.
Terbayang dong kalau Revo yang sedang diminati akan dikorbankan oleh si Blade yang harganya lebih tinggi (± Rp 13,5 juta)?
Agaknya AHM mengubah total strategi untuk menguasai pasar bebek 100-110 cc ini. Oke lah, Blade punya desain dan model bodi baru, alias enggak lagi ganti baju. Mesin 110 cc gresnya itu pun pengembangan baru oleh insiyur-insiyur Honda Jepang.
Nah, di sinilah inti masalahnya. AHM rencananya tak akan lagi ‘main’ di engine 100 cc, tapi 110 cc. Khususnya buat bebek low segment (100-110 cc). Ya, mirip Yamaha dan Suzuki, lah!
Alhasil, produksi mesin 100 cc-nya itu juga akan distop. “Dengan diproduksinya mesin 110 cc, maka mesin yang 100 cc akan mengalami discontinue,” jelas Takahashi Nakamura, marketing director AHM yang ditemui di acara Honda Tiger Wing Day di Pangandaran, Jabar (15/11).
‘ADIKNYA’ BLADE
Munculnya Blade 110R yang hanya memiliki 1 tipe (CW/casting wheel) dan 7 warna pilihan itu berarti akan naik kelas. Yakni menyasar ke bebek 110 cc sekelas Yamaha Jupiter Z dan Suzuki Smash.
Lantas, siapa pengganti Revo sebenarnya? Ternyata AHM juga sedang siapkan varian barunya lagi. Tentunya spek si adiknya Blade ini dirancang lebih rendah dari Blade. Kalau Blade full spec (pelek racing, cakram depan, dan peranti lainnya), adiknya Blade itu dispec down.
Seperti pelek jari-jari dan striping sederhana. Berdasar info yang datang ke meja redaksi, desain bodi, lampu depan model ‘lampu bego’ tetap sama. Inilah yang akan mengisi pasar yang ditinggalkan Revo.
Karena enggak main 100 cc lagi, lantas bagaimana nasib Honda Fit X? Sami mawon, seluruh bebek yang pakai mesin 100 cc akan distop termasuk Fit X ini. Info yang diperoleh OTOMOTIF kalau AHM pun tengah menyiapkan sang penerus Fit X. Seperti apa modelnya, ini yang masih agak kabur.
Namun begitu, sumber terpercaya mengatakan pengganti Fit X ya mirip Blade itu juga. Nah lo? Kalau pengganti Revo adalah si adiknya Blade. Sedangkan penerus Fit X akan dibuat lagi versi ‘terbawah’ dari si adiknya Blade itu.
So, pengganti Fit X adalah Blade yang down grade, mungkin sudah tak ada lagi rem cakram. Tapi urusan desain bodi dan lampu tetap mengusung satu model alias tetap sama dengan Blade.
Biar hemat, 3 in 1 (3 varian dalam 1 basis/frame) memang wajar dilakukan. Bukan begitu, Bos?
Di Kutip Dari Otomotifnet.com
Tuesday, November 25, 2008
AWAS PARKIR SAAT HUJAN
Buat bikers yang doyan parkir motor di tempat terbuka mesti waspada. Apalagi jika dalam jangka waktu lama. Karena air hujan disertai angin kencang berisiko bikin motor ngadat. Baik itu tipe skubek, sport maupun bebek. “Bagian di sela bodi bisa ditembus,” kata Bedjo, Kepala Mekanik Jakarta Honda Center (JHC).
Kalaupun nggak mogok, beberapa komponen bisa jadi ngadat. Misal klakson yang tiba-tiba nggak berbunyi lagi. “Maklum saja semburan deras tadi bisa merusak atau air ngendap dan berkarat membuat switch klakson tertahan dan macet,” cerita pria jangkung ini.
Posisi parkir juga disarankan dalam standar ganda. “Sebab kalau standar samping posisi motor kan miring jadi ada bagian yang rendah dan itu bisa bikin air berkumpul atau menumpuk,” lanjut pria ramah ini.
Kemungkinan tumpukan bisa terjadi di tipe bebek dan skubek yang punya cover bodi lebih banyak. “Bahkan air hujan bisa juga menyeran karbu. Jika dalam waktu lama atau karena tekanan tinggi bisa juga bikin motor mogok akibat air tercampur bahan bakar,” tegas pria bermarkas di Jl. Dewi Sartika, Jakarta Timur ini.
Di Kutip dari Otomotifnet.com
Perhatikan Part Motor Pada Musim Hujan
Misalnya saja pada sektor kolong, segala masalah di bagian ini akan cepat terdeteksi dengan rutinitas baru ini. Berikut sejumlah hal yang perlu dilakukan saat musim hujan seperti sekarang ini.
CEK KARAT
Karena motor sering kehujanan dan melewati genangan air, karat gampang nyamperin motor. “Terutama bagian kolong yang nggak dicat,” cerita Andy Mulki dari Cahaya Logam Motor di Ciledug, Tangerang. Bagian yang ditunjuk beliau misalnya saja leher knalpot.
Selain tempat ini, ada beberapa bagian lagi yang mungkin berkarat. Misalnya saja di sekitar swing-arm. “Apalagi jika arm sudah dicustom seperti ganti monosok, maka di sekitar dudukan baru itu gampang karatan,” lanjutnya. Hal itu mungkin terjadi karena lapisan catnya sudah ada yang terkelupas atau sama sekali enggak dilapisi antikarat.
Solusinya dimulai dengan membersihkan karatnya. Kemudian disemprot dengan cat yang mampu high temp alias sanggup untuk panas knalpot. Cat seperti ini banyak pilihan, di pasaran misalnya saja tersedia dari Cargloss atau Aerox.
PERHATIKAN RANTAI
Rantai jelas-jelas bagian yang paling mudah dihinggapi kotoran dan air. Untuk itu kita harus bisa membersihkannya. Kadang setelah melibas genangan air bisa saja ada rumput atau tali yang nyangkut di sela-selanya. Membersihkannya bisa saja pake solar untuk membilasnya.
“Setelah dibersihkan kudu dikasih pelumas lagi supaya tidak kering,” kata Bedjo, kepala mekanik Jakarta Honda Center. Dengan alasan tersebut maka perlu untuks selalu menyiapkan chain lube atau chain wax. Jangan menggunakan oli bekas ya. Selain bikir kotor, mudah dihinggapi kotoran.
BATOK LAMPU
Bagian ini juga perlu dicermati. Pasalnya kalau bagian rumah lampu atau reflektor ada yang renggang, maka bisa saja ada air yang masuk. Jika itu terjadi maka bisa merusak lampu. Hal ini sangat bisa terjadi pada motor yang usia pakainya sudah cukup lama.
Batok lampu juga bisa berembun. Biasanya akibat ada lubang di sela-sela sambungan mika dengan reflektor. Untuk mencegahnya harus dikasih perapat. Bisa memakai lem misalnya.
CEK GEMUK
Untuk beberapa bagian motor yang menggunakan gemuk atau grease perlu juga dicermati daerah tersebut. “Misalnya saja di bagian arm atau sambungan lengan ayun. Terutama baut pengikatnya. Kalau kering akan bunyi ngak ngek ngok,” cerita Ko An, panggilan Andy.
Di kutip dari Otomotifnet.com
Monday, November 24, 2008
Monday, October 20, 2008
Speksifikasi Hayabusa 1300
Candy Max Orange / Pearl Nebular Black (EAJ)
Metallic Phantom Gray / Pearl Nebular Black (CZY)
Pearl Mirage White / Metallic Mistic Silver (EAH)
Candy Indy Blue / Pearl Nebular Black (EAK)
Engine Type | 4-stroke, 4-cylinder, liquid-cooled, DOHC | |
Bore x Stroke | 81.0 mm x 65.0 mm | |
Engine Displacement | 1340 cm3 (cc) | |
Compression Ratio | 12.5 : 1 | |
Carburetion | Fuel injection | |
Oil capacity (overhaul) | 4.0L (1.6 US gal.) | |
Ignition | Fully transistorized | |
Starter System | Electric | |
Lubrication System | Wet sump | |
Transmission | 6-speed constant mesh | |
Primary Drive Ratio | 1.596 (83 / 52) | |
Final Drive Ratio | 2.388 (43 / 18) | |
Frame Type | Twin-spar (aluminum-alloy) | |
Rake / Trail | 24.2 degrees / 98 mm (3.9 in.) | |
Suspension | Front | Inverted telescopic, coil spring, spring preload fully adjustable, rebound and compression damping force fully adjustable |
Rear | Link type, coil spring, oil damped, spring preload fully adjustable, rebound and compression damping force fully adjustable | |
Wheels | Front | 17 M/C x MT3.50, cast aluminum alloy |
Rear | 17 M/C x MT6.00, cast aluminum alloy | |
Brakes | Front | Radial mount, 4-piston calipers, 310 mm disc, twin |
Rear | 1-piston caliper, 260 mm disc | |
Tires | Front | 120/70ZR17M/C (58W), tubeless |
Rear | 190/50ZR17M/C (73W), tubeless | |
Fuel Tank Capacity | 21.0 L (5.5 US gal.) | |
Overall Length | 2,195 mm (86.6 in.) | |
Overall Width | 740 mm (29.1 in.) | |
Overall Height | 1,170 mm (46.1 in.) | |
Wheelbase | 1,485 mm (58.5 in.) | |
Seat Height | 805 mm (31.7 in.) | |
Dry Weight | 220kg (485 lbs.) |